Kisah Inspiratif Toni Ruttiman WNA yang Bangun Puluhan Jembatan Gantung Daerah Terpencil Indonesia

JAKARTA (Outsiders) – Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang juga merupakan anggota Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) telah membangun infrastruktur di daerah perbatasan dan daerah terpencil Indonesia. Kegiatan tersebut merupakan wujud perhatian dan hadirnya Pemerintah di beranda depan negara.

Namun, bentuk perhatian terhadap daerah terpencil Indonesia tidak hanya ditunjukkan oleh Pemerintah pusat saja. Perhatian terhadap daerah terpencil juga bisa ditunjukkan oleh orang yang tidak mempunyai kewarganegaraan Indonesia sekalipun. Seperti yang dilakukan oleh Toni Ruttiman.

Toni merupakan seorang Warga Negara Swiss yang tercatat telah membangun 61 jembatan gantung di daerah terpencil Indonesia. Kepedulian Toni terhadap daerah terpencil Indonesia berawal saat dirinya melihat berbagai pemberitaan di media massa soal anak-anak Indonesia di pelosok yang kesulitan berangkat sekolah. Dimana kala itu para siswa harus berjuang bertaruh nyawa melewati jembatan tinggi yang rusak, atau menyeberangi sungai yang arusnya deras.

Pada tahun 2010, Toni mulai masuk ke Indonesia untuk membangun jembatan gantung di daerah terpencil. Jembatan-jembatan ini dibangun secara gratis dengan bantuan gotong royong masyarakat setempat. Untuk membangun jembatan gantung tersebut memang tidak mudah, dalam perjalanannya membangun jembatan Toni mengumpulkan bahan-bahan dari negeri asalnya yaitu Swiss.

Toni juga meminta bantuan dari perusahaan ternama seperti Tenaris untuk mendapatkan bantuan berupa pipa tiang jembatan dari anak perusahaannya yang ada di Indonesia. Pria yang tahun ini berusia 52 tahun itu selalu turun tangan langsung untuk membangun jembatan-jembatan gantung tersebut bersama masyarakat sekitar.

Masyarakat sekitar diajarkan bagaimana merancang jembatan yang baik dan kokoh. Selain itu, Toni juga merekrut beberapa tenaga kerja di Indonesia untuk dijadikan stafnya, salah satunya adalah Suntana.

Kisah inspiratif Toni ini pertama kali diungkap ke publik oleh sosiolog, Imam Prasodjo di akun Facebook pribadinya pada tahun 2016. Saat itu Imam menceritakan upaya Toni untuk menerima bahan jembatan seperti wirerope (kabel pancang) terhambat oleh birokrasi.

“Saya yang ikut terlibat dan mengikuti betapa sulitnya mengurus proses administrasi import barang bantuan ini merasa kesal menghadapi birokrasi yang begitu ruwet dan lambat ini, walaupun untuk import barang bantuan sekalipun,” ujar Imam di laman Facebooknya, Kamis (29/09/2016).

Kala itu Imam menampilkan surat dari Suntana, asisten Toni. Di surat tersebut Suntana menceritakan lika-liku proses pengurusan barang bantuan pembuatan jembatan gantung yang malah berakhir dengan denda Demurrage (Batas Waktu Kontainer) karena membutuhkan waktu lebih dari dua bulan sejak kontainer tiba di Tanjung Priok. Menurut Suntana, proses impor donasi wirerope ini memakan waktu karena lamanya proses rekomendasi dari Kementerian-kementerian terkait.

Suntana menyampaikan dalam suratnya bahwa tagihan Demmurage yang harus dibayarkan per tanggal 19 September 2016 adalah Rp 169.890.000. Sementara tagihan Demmurage per 26 September 2016 adalah Rp 195.650.000. Di surat itu, Suntana meminta Imam mencarikan solusi agar program jembatan gantung untuk Indonesia itu bisa terus berjalan.

Namun akhirnya tidak lama setelah cerita Toni viral kabar baik datang. Direktorat Jenderal (Ditjen) Bea dan Cukai Kementerian Keuangan, Heru Pambudi, memberikan bantuan untuk memperlancar proses administrasi tiga kontainer bahan baku jembatan. Sementara Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, menyepakati akan membayar biaya demurrage dan seluruh proses administrasi dalam importasi wirerope sebanyak tiga kontainer.

Dan juga Mantan Dirjen Bina Marga Kementerian PUPR, Arie Setiadi Moerwanto, mengatakan akan membayar semua denda dan biaya pelabuhan untuk mengapresiasi serta bentuk dukungan pada kegiatan Toni. Bantuan lainnya datang dari Kepala Staf Kepresidenan saat itu, Teten Masduki. Teten menjanjikan bantuan semen dari Semen Indonesia.

Tidak berhenti sampai disitu saja, Kementerian PUPR juga memberikan pendampingan bagi Toni dan relawan yang turut membantu pembangunan jembatan hingga proses pasca-konstruksi.

Sebelum membangun jembatan-jembatan gantung di daerah terpencil Indonesia, Toni telah membangun jembatan di beberapa negara antara lain Ekuador, Amerika Tengah, Kamboja, Vietnam, Laos dan Myanmar.

Jembatan-jembatan gantung yang telah dibangun oleh Toni dan gotong royong warga setempat antara lain di Curug Luhur (Pabuaran, Jawa Barat), Buniwangi (Cipurut, Jawa Barat), Pasir Biru (Jawa Barat), Rano (Sulawesi Selatan), Kedungsari (Jawa Tengah), Karya Murni (Gorontalo), Sanggaroro (Kerirea, NTT), Penyaringan (Bali), Liakutu (NTT), Pamumbu (Sulawesi Selatan), Borowetan 2 (Jawa Tengah), Giritirto (Totogan, Jawa Tengah).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *