Mal di Jakarta Sepi Bak ‘Kuburan’, Ini Masalah Seriusnya

Penampakan Plaza Semanggi yang sepi/Net

JAKARTA (Beritadigital)-  Pandemi Covid-19 telah membuat industri ritel, terutama pusat perbelanjaan sulit untuk bangkit. Mutasi baru varian Covid-19 yang terus menerus muncul membuat orang kini lebih memilih untuk tidak bepergian. Akibatnya, mal-mal legendaris di DKI Jakarta seperti di kawasan Blok M Jakarta Selatan kini harus menghadapi kenyataan sepi pengunjung. Banyak kini kios-kios di sejumlah pusat perbelanjaan di DKI Jakarta dijual atau disewakan.

Berdasarkan pengamatan CNBC Indonesia, memang banyak gerai yang dijual hingga dikontrakkan ke penyewa yang berminat. Namun, itu bukan perkara mudah karena banyak pelaku usaha yang menahan dana untuk tidak berinvestasi di pusat perbelanjaan.

Menanggapi fenomena mal-mal legendaris di Jakarta yang sepi, Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia Budihardjo Iduansjah mengungkapkan, banyaknya tenant atau penyewa menutup gerai disebabkan ekosistem ekonomi di mal itu sudah tidak lagi bergairah.

“Tenant sewa mal bukan karena lokasi, tapi nyewanya traffic, tugas mal itu mendatangkan traffic,” katanya kepada CNBC Indonesia dikutip Minggu (9/1/2022).

Sayangnya, saat mobilitas manusia di mal sepi, maka penyewa akan sulit bertahan. Di sisi lain, tenant yang sudah bangkrut, akan kesulitan bangkit kembali.

“Tenant buka lagi kalau kondisi keuangan belum bagus ya susah. Kita nggak mau tutup. Kalau mal sepi, sewa nggak turun, makin sepi lagi malnya. Ini perlu kerja sama, tenant dihidupkan dulu, baru mal bisa menagih sewa,” jelasnya.

Ketua Asosiasi Pengusaha Pusat Perbelanjaan Indonesia Alphonzus Widjaja menilai banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kunjungan ke mal. “Sebagai contoh, masih banyaknya karyawan yang WFH (work from home) akan mempengaruhi tingkat kunjungan ke pusat perbelanjaan yang berada di sekitar area perkantoran,” katanya kepada CNBC Indonesia, Kamis (23/12/2021).

Di sisi lain, persaingan dengan mal-mal baru yang muncul menjadi faktor lain. Keberadaan mal-mal baru yang lebih modern tentu jadi daya saing antar pengelola untuk terus berinovasi.

Solusi Mal Sepi

Staf ahli Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Belanja Indonesia (HIPPINDO) Yongky Susilo menyebut pengelola pusat perbelanjaan harus memutar otak untuk menarik kembali pengunjung serta tenant. Caranya bisa dengan membuat berbagai aktivitas yang menarik.

“Aktivasi-aktivasi baru, jangan yang biasa-biasa. Buat solusi-solusi dari pain points pengunjung, kemudian buat area-area Instagrammable,” jelasnya kepada CNBC Indonesia, Sabtu (8/1/22).

Trik itu harus berlangsung konsisten hingga menarik kembali para tenant dan pengunjung. Memang memerlukan modal, namun itu investasi yang harus dibayar. Selain itu, biaya tenant di masa pandemi ini juga perlu penyesuaian, sehingga mereka jadi lebih tertarik.

“Kemudian reposisi malnya, ubah posisi tenant dengan mix. Resto-resto dengan nama baru dan laris,” ujar Yongky yang juga Director KADIN Indonesia Trading House.

Upaya dalam persaingan di pusat perbelanjaan memang keras, munculnya banyak mal baru kian mengikis mal legendaris di DKI Jakarta, misalnya AEON Tanjung Barat yang baru dibuka baru-baru ini. Sementara itu, pasarnya juga tidak begitu besar karena masih dalam kondisi pandemi.

Alhasil, banyak mal lain yang lebih sepi, seperti yang terjadi di Mall Blok M hingga Plaza Semanggi yang dulunya menjadi tempat nongkrong anak muda, kini terlihat jauh lebih sepi.

Kalangan pemilik kios juga mengeluhkan mal yang dulunya ramai, kini sepi. Padahal, dulunya menjadi tempat berkumpul para karyawan yang kantornya berada di sekitar mal.

“Awal pandemi bahkan cuma sisa 10%, sekarang membaik ke 60% lah, tapi belum normal kaya dulu,” sebutnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *