Kampar – Seorang oknum anggota DPRD Kabupaten Kampar berinisial P diduga tersandung skandal yang mencoreng nama lembaga legislatif. Ia diduga menjalin hubungan gelap dengan seorang perempuan muda hingga menyebabkan kehamilan di luar nikah. Lebih mengejutkan lagi, perempuan tersebut mengaku dipaksa menggugurkan kandungannya karena P diketahui sudah beristri.
Pengakuan mengejutkan datang dari seorang perempuan berinisial Bunga (bukan nama sebenarnya). Kepada wartawan, Bunga menceritakan awal mula perkenalannya dengan P melalui aplikasi MiChat. Hubungan mereka berkembang menjadi asmara yang berujung pada hubungan intim berkali-kali.
“Dia janji akan menikahi saya. Tapi saat tahu saya hamil, dia justru memaksa saya aborsi. Katanya, ini bisa hancurkan nama baik dan keluarganya,” tutur Bunga sambil menangis.
Ironisnya, P dikenal luas sebagai figur religius. Ia kerap tampil dalam forum keagamaan, bersanding dengan para ustaz, dan aktif dalam program-program dakwah serta gerakan wakaf kitab suci seperti “Riau Mengaji”. Namun, di balik citra religius tersebut, tersimpan sisi gelap yang kini mencuat ke permukaan.
Tak hanya kasus dugaan perselingkuhan dan pemaksaan aborsi, P juga disebut pernah terlibat konflik serius soal hak paten bersama rekannya sendiri. Seorang narasumber menyebut, “Saya dulu bantu dia dari nol, tapi malah dikhianati mentah-mentah.”
Skandal ini berpotensi menyeret P ke ranah hukum. Beberapa pasal yang dapat menjeratnya antara lain:
Pasal 75 dan 194 UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, terkait tindakan aborsi tanpa indikasi medis dan tanpa persetujuan sah dari korban.
Pasal 286 KUHP, terkait hubungan intim dengan perempuan dalam kondisi rentan atau belum dewasa secara hukum.
UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT), apabila terbukti adanya tekanan verbal atau kekerasan psikis.
Kode Etik DPRD, yang dapat berujung pada sanksi etik hingga Pergantian Antar Waktu (PAW).
Hingga berita ini diterbitkan, Ketua DPRD Kampar belum memberikan tanggapan resmi. Sementara itu, tekanan publik terus menguat agar institusi legislatif mengambil tindakan tegas demi menjaga integritas dan marwah lembaga.
“Kalau benar ini terjadi, sangat memalukan. Kami mendesak aparat penegak hukum bertindak dan DPRD jangan tinggal diam,” ujar seorang aktivis perempuan di Riau.
Kini, Bunga hidup dalam trauma mendalam. Ia kehilangan janin yang dikandungnya dan merasa dikhianati oleh pria yang sempat menjanjikan cinta dan perlindungan.
Sementara itu P belum bersedia memberikan klarifikasi hingga berita ini tayang.