Madrid (Outsiders) – Anggota Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama dengan Pemerintah Republic Democratic Timor Leste (RDTL) berkomitmen untuk mengatasi sampah plastik.
Hal ini dikemukakan dalam pertemuan bilateral antara Wakil Menteri LHK, Alue Dohong, dengan Menteri Lingkungan Timor Leste, Demetrio do Amaral de Carvalho, pada Selasa, 10 Desember 2019 di Madrid tepatnya di sela-sela Konferensi Global Iklim UNFCCC COP25.
Demetrio do Amaral de Carvalho, mengatakan pihaknya tengah mengembangkan kebijakan zero plastic policy dengan melakukan konversi plastik ke energi untuk bahan bakar industri. Kementeriannya bekerjasama dengan Sydney University di Australia untuk mengembangkan konversi tersebut. Jika berhasil, maka bahan baku plastik dari Timor Leste tidak akan mencukupi. Untuk itu perlu kerjasama dengan Indonesia dalam penyediaan pasokan bahan baku berupa sampah plastik.
“Jika kita bisa melakukan kerja sama regional dengan Australia dan PNG maka kita akan dapat mengatasi persoalan yang lebih luas lagi” ujarnya seperti dikutip dari menlhk.go.id, Rabu (11/12/2019).
Sementara Wakil Menteri LHK, Alue Dohong, menyampaikan bahwa Indonesia telah memiliki basis kebijakan dan peraturan perundang-undangan terkait dengan penanganan sampah daratan, termasuk plastik, dan juga sampah laut.
Di banyak kota telah dilakukan pelarangan penggunaan single plastic use terutama di pusat perbelanjaan modern. Indonesia juga telah mengembangkan bioplastik dari singkong untuk menggantikan plastik yang tidak biodegradable. Bioplastik ini juga telah diekspor ke Timor Leste.
Di samping itu, saat ini banyak produk-produk Indonesia yang terdapat di Timor Leste, untuk itu Timor Leste juga memiliki kerja sama dengan perusahaan-perusahaan di Indonesia seperti dengan PT Sarana.
Keterikatan sejarah kedua negara, dan keterkaitan lanskap serta ekosistem membuat kerjasama antara kedua negara selalu sangat penting. Timor Leste dan Indonesia saat ini memiliki cross-boundary ecosystem project, yaitu terkait dengan mangrove dan river based rehabilitation.
Lebih lanjut, Alue Dohong mengatakan bahwa Indonesia telah memiliki roadmap untuk menangani masalah sampah/plastik di tingkat produsen. Selain dari pengembangan teknologi dan kebijakan, Indonesia juga melakukan kampanye nasional untuk mengubah perilaku masyarakat dalam mengurangi penggunaan plastik. Indonesia memiliki program edukasi masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik, seperti mengganti sedotan dengan “purun”.
Indonesia juga mengembangkan bahan material bangunan dengan campuran plastik. Untuk itu usulan Timor Leste untuk membentuk kerjasama regional penanganan sampah plastik baik di darat maupun di laut sangat baik dan akan dipertimbangkan tindak lanjutnya.
Dengan melihat peluang diperlukannya bahan plastik untuk energi di Timor Leste, kedua negara dapat melakukan perdagangan bilateral tekait dengan plastik. Lebih lanjut Demetrio menyatakan bahwa persoalan plastik laut juga berpengaruh pada kehidupan biota laut seperti Blue Whale dan Dugong yang mengalami kematian akibat mengonsumsi plastik.
Sebagaimana Indonesia, Timor Leste juga aktif dalam Coastal Triangle Initiative (CTI). Disampaikan pada tahun 2020 Menteri Pertanian dan Perikanan Timor Leste akan ke Indonesia untuk membicarakan masalah proyek lintas batas dan berharap dapat bertemu dengan Menteri dan Wamen LHK.