Vakum Hampir 20 Tahun, Sleman Pentaskan Wayang Wong Thengul

Revitalisasi wayang wong thengul ini menambah khazanah kebudayaan Sleman.

SLEMAN (Outsiders)– Wayang wong thengul dipentaskan Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman. Hal itu dilakukan dalam rangka melestarikan kesenian yang terancam punah itu.

Wayang Wong Thengul memang lebih banyak dikenal sebagai kesenian asal Kabupaten Bojonegoro. Namun, kesenian itu secara luas dikenal masyarakat, utamanya untuk mereka yang berada di Pulau Jawa.

Terlebih, di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang menjadi tempat berkumpulnya kesenian Indonesia. Kabupaten Sleman menjadi salah satu tempat yang begitu mempertahankan keseniannya, termasuk wayang wong thengul.

Revitalisasi terhadap salah satu jenis kesenian wayang orang itu semakin dirasa dibutuhkan. Terlebih, wayang wong thengul disebut memiliki potensi kepunahan, dan ancaman itu tidak bisa dibiarkan.

Kali ini, Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman mementaskan wayang wong thengul dengan lakol Pedang Kangkam Pamor Kencana. Pementasan berlangsung Jumat (23/11) malam di Dusun Seyegan.

Dusun Seyegan berada di Desa Margokaton, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman, DIY, yang memang kental dengan kesenian wayang. Pertunjukkan ini menjadi yang pertama kalinya usai vakum hampir 20 tahun.

“Ini merupakan pementasan yang pertama kalinya setelah masa vakum sejak tahun 1980an,” kata Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman, Aji Wulantara.

Ia mengatakan, melalui usaha revitalisasi wayang wong thengul ini menambah khazanah dan memperkuat potensi kebudayaan di Kabupaten Sleman. Sekaligus, tentu saja memperkuat dan memperkokoh keistimewaan DIY.

Aji menceritakan, wayang wong thengul mengalami masa kejayaannya pada 1967 hingga 1980. Sejak itu hingga kini, kesenian tersebut disayangkan harus mengalami masa kevakuman.

Menurut Aji, fenomena itu dikarenakan beberapa alasan. Di antaranya banyak anggota-anggota yang pindah tempat tinggal, lanjut usia, keterbatasan sumber dana dan kekurangan alat musik maupun kostum.

Wayang wong thengul unik karena seni tarinya menirukan olah kridha wayang golek menjadi gerakan kaku atau patah-patah. Biasanya, pagelarannya mengambil tema cerita Ramayana dan Mahabarata.

“Wayang wong thengul merupakan seni pertunjukkan teater tradisional kerakyatan yang berkembang di DIY sejak zaman Jepang,” ujar Aji.

Untuk pementasan kali ini, cerita memiliki sinopsis negara koparman yang akan melengkapi pusaka sebagai lambang kejayaan yaitu pedang kangkam pamor kencana. Untuk mewujudkan itu, diutuslah Umarmaya dan Umarmadi.

Sesampainya di Nusa Rukmi, Umarmaya menggunakan akal bulusnya, tapi diketahui Patih Rasa Tali. Sehingga, akhirnya semua usaha yang dilakukan Umarmaya malah menjadi gagal.

Kemudian, datanglah Ganggamina dan Gangapati, yang ingin mencari ayahnya Raden Imam Suwangsa. Kedua pemuda itu dimanfaatkan Umarmaya dan akan dijanjikan dapat bertemu Imam Suwangsa.

Berangkatlah Gangga Mina dan Gangga Pati bertemu Tali Rasa dan Rasa Tali. Akhirnya, keduanya jatuh cinta dan pedang diserahkan kepada kedua pemuda tersebut.

Akhirnya, Gangga Pati djadikan raja di Nusa Rukmi dan Gangga Mina dijadikan patih, yang ternyata mampu melahirkan perdamaian. Wayang wong thengul kali ini disutradarai Kayat dengan penata gendang Warsana.

Sumber : REPUBLIKA

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *