Majukan Pariwisata, Pemerintah Siap Hadapi Era Digital

JAKARTA (Outsiders)- Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengatakan, dua aspek yang dapat menyebabkan perubahan besar, termasuk dalam industri pariwisata, yaitu regulasi dan teknologi.

“Apabila ingin maju dan berkembang pesat, khususnya di sektor pariwisata, maka perlu melakukan deregulasi dengan memanfaatkan teknologi go digital,” kata Menpar Arief Yahya dalam seminar Indonesia Tourism Outlook (ITO) 2019 bertajuk ‘Deregulation in Cyber Tourism Era’ yang berlangsung di Hotel Borobudur Jakarta, belum lama ini.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya saat dalam keynote speechnya menyatakan bahwa deregulasi di Indonesia dalam rangka untuk menarik wisatawan mancanegara (wisman) dan investor difokuskan pada dua kebijakan yakni “ease of entering Indonesia” dan “ease of doing business” (FDI).

“Ada tiga hal yang dilakukan pemerintah untuk kemudahan masuk ke Indonesia yaitu kebijakan bebas visa, menyederhanakan aturan bagi masuknya kapal pesiar asing atau yacht, dan mencabut asas cabotage untuk cruise asing,” kata Menpar Arief Yahya.

Menpar Arief Yahya mengatakan, sangat aneh bila pariwisata tidak menggunakan teknologi digital karena 74% wisatawan mancanegara (wisman) yang masuk ke Indonesia, sebagaimana laporan TripAdvisor, menggunakan teknologi digital atau internet dan smartphone. “Wisman yang datang itu 50% adalah milenial yang mempunyai selera dan kebiasan berwisata yang berbeda,” kata Menpar Arief Yahya.

Menghadapi perubahan pasar yang akan didominasi milenial, Menpar Arief Yahya mengatakan tentunya perlu dilakukan berbagai perubahaan diantaranya pada produk wisata dan penyelenggaraan event pada tahun depan. “Produk pariwisata yang dikemas dalam paket-paket wisata harus disesuaikan dengan selera wisatawan millennials, begitu juga 100 Calender of Event (CoE) Wonderful Indonesia harus menyesuaikan perubahan itu,” kata Menpar  Arief Yahya.

Dalam merebut pasar milenial di mancanegara pihaknya melakukan kerjasama dengan perusahaan digital internasional seperti Baidu, Tripadvisor, dan Grab yang menerapkan sharing economy dan mampu secara revolusioner mengubah lanskap industri pariwisata dunia termasuk di Indonesia.

Destination Marketing North Asia TripAdvisor Gary Cheng mengatakan Indonesia masuk peringkat keempat di antara 25 destinasi top dunia bahkan nomor satu top destinasi di Asia versi TripAdvisor.

Wisatawan melakukan perjalanan berdasarkan search juga menunjukkan misalnya untuk wisatawan Eropa lebih banyak memilih Thailand kemudian Indonesia, wisatawan Amerika memilih Jepang, China, dan Indonesia, wisatawan Timur Tengah memilih Thailand, Filipina, dan Indonesia. Sementara wisatawan Asia memilih Jepang dan Indonesia,” kata Gery.

Sementara GM Regional Business Development SEA Baidu.com Yu Yen-Te mengatakan pihaknya memiliki teknologi ‘artificial intelegence’ termasuk untuk ‘face recognation system’ yang bisa membedakan gender, usia, dan keaslian foto untuk menjaring informasi mengenai wisatawan. “Kami mendapati di China dengan pasar 351 juta netizen top 5 destinasinya dua tertinggi adalah Bali dan Phuket,” kata Yu Yen-Te.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Ni Wayan Giri Adnyani menambahkan, Singapura menjadi tourism hub serta sebagai sumber wisman dalam program hotdeal. Pasar Singapura sangat menarik bagi Indonesia karena estimasi jumlah orang asing yang masuk via bandara Singapura selama 12 bulan terakhir mencapai 12 juta pax  dengan  rincian  32% dari ASEAN minus Indonesia, 22% China-Hong Kong, 17% Asia-Pasifik, 14% Asia Tengah, MEA, Afrika dan sisanya dari Eropa dan Australia.

“Secara wilayah, Singapura dekat dengan Indonesia, seperti Kepulauan Riau (Kepri) yang memiliki Great Batam. Salah satu faktor yang penting dalam pariwisata adalah proximity atau kedekatan  baik jarak maupun budaya sehingga  Singapura menjadi target market yang ideal,” kata Ni Wayan Giri Adnyani. (*)

Sumber : KRJOGJA

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *