Jakarta (Outsiders) – Mendukung langkah-langka pemerintah dalam mengendalikan defisit transaksi berjalan dengan cara mendorong ekspor dan mengurangi impor, Bank Indonesia (BI) akan terus memprioritas kebijakan sisi moneternya untuk memperkuat dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pihakny akan terus melanjutkan langkah-langkah yang selama ini dilakukan baik dari sisi kebijakan suku bunga maupun juga dari kebijakan-kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah.
“Intervensi ganda baik di pasar valas (valuta asing) maupun pemberian SBN dari pasar sekunder kalau diperlukan dalam hal-hal terjadi tekanan reversal, ini yang terus kami lakukan dan itulah komitmen kami untuk terus menjaga stabilitas ekonomi khususnya stabilitas nilai tukar rupiah,” kata Perry kepada wartawan usai rapat terbatas di Kantir Presiden, Jakarta, Selasa (14/8) sore.
Menurut Perry, BI juga terus melakukan langkah-langkah koordinatif tidak hanya dengan pemerintah tapi juga dengan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) untuk memperkuat pasar valas.
Ia menyebutkan, bahwa BI sudah mengeluarkan sejumlah kebijakan untuk bisa menyediakan sejumlah instrumen bagi para eksportir, importir, maupun pengusaha untuk bisa melakukan transaksi valas, baik melalui penjualan mengekspor swap forward atau penanaman di instrumen Bank Indonesia melalu simpanan valas maupun SBI valas.
Ditambahkan Perry, Bank Indonesia sekarang sudah menyediakan swap valas dengan tingkat harga yang murah. Yang pertama, untuk sesi pagi, BI melakukan swap valas dalam rangka pengelolaan likuiditas. “Itu tenornya bisa 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, sampai 12 bulan kami lelang itu sekitar jam 10.00 sampai 11.30 dan kemudian kita umumkan jam 2,” ujarnya.
Sementara di sore, lanjut Perry. BI juga menyediakan swap valas hedging bagi korporasi-korporasi yang mempunyai underlying transaksi baik dari ekspor atau dari devisa utang luar negeri maupun devisa-devisa lain.
“Itu bisa men-swap-kan ke bank dan bank bisa me-reswap-kan ke Bank Indonesia. Tenornya adalah 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan. Itu kami window itu terbuka dari jam 2 sore sampai jam 4 sore,” terang Perry.
Adapun mata uang yang ditawarkan, menurut Gubernur BI itu, tidak hanya Dolar Amerika tapi juga Euro, Japanese Yen, maupun Chinese Renminbi.
Sementara tingkat harganya murah. Perry menunjuk contoh misalnya swap rate, untuk FX swap rate dengan Bank Indonesia untuk 1 bulan sekarang ini adalah 4,25 persen. Sedangkan untuk 3 bulan sekarang 4,75 persen atau turun dari sebelumnya 5,2 persen.
Dengan demikian, jelas Gubernur BI, para korporasi kalau mempunyai valas bisa menjualnya secara spot atau juga kalau mereka membutuhkan rupiah tetap bisa memegang dolarnya tapi juga menjual secara swap dengan tingkat harga yang lebih murah.
Demikian juga bagi korporasi yang kebutuhan valasnya itu masih sebulan lagi, 3 bulan lagi, 6 bulan lagi, menurut Perry, tidak perlu berburu membeli valas dengan istilahnya nubruk-nubruk, karena instrumen-instrumen itu ada.
“Semua instrumen-instrumen itu kami sediakan silakan bagi korporasi yang membutuhkan menghubungi bank yang bersangkutan,” ucap Perry seraya menambahkan, BI juga berkomunikasi dengan bank yang kan melakukan transaksi.
(Setkab)