UKUI (BDC)- Asian Agri, perusahaan perkebunan kelapa sawit Group Royal Golden Eagle (RGE), tidak hanya mementingkan kemajuan core bisnisnya saja, melainkan ikut berperan penting dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat dan petani.
Melalui program Corporate Social Responsibily (CSR), Asian Agri menyentuh berbagai aspek kehidupan masyarakat, baik di bidang sosial, lingkungan hidup hingga peningkatan aspek ekonomi masyarakat.
Salah satu peran penting Asian Agri dalam aspek ekonomi adalah mengajak masyarakat berkolaborasi dan bersinergi dalam Program Desa Sawit Mandiri.
Program unggulan dari Asian Agri ini menawarkan kepada masyarakat yang berprofesi petani sawit khususnya, pembinaan pengelolaan kebun sawit terbaik dan ramah lingkungan.
Tujuan akhirnya adalah terjadinya peningkatan ekonomi petani sawit yang berkelanjutan, dengan hasil produksi yang meningkat.
Program Desa Sawit Mandiri telah dilakukan Asian Agri di tiga provinsi: Sumatera Utara (Sumut), Riau dan Jambi. Di penghujung tahun 2021, program ini menyentuh petani Desa Ukui 2, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.
Menurut Dedi Raimond Pardede, GM PT IIS unit bisnis Asian Agri, perusahaan ingin berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan petani Desa Ukui 2.
“Secara pengelolaan kebun sawit milik masyarakat Desa Ukui 2 belum mengikuti strandar yang benar, seperti penanaman yang dilakukan tidaklah menghasilkan produksi yang maksimal. Dengan kerjasama Desa Sawit Mandiri, Asian Agri akan membina para petani untuk memperoleh kebun sawit yang layak tanam,” ungkapnya, Rabu, 29 Desember 2021.
Dedi menambahkan, melalui program Desa Sawit Mandiri hasil produksi yang kelak dihasilkan akan dapat dipergunakan untuk kesejahteraan desa, dalam hal ini dapat dipergunakan untuk perbaikan fasilitas umum desa atau yang lain.
“Sesuai perjanjian selama masa 3 tahun, yaitu tanaman belum menghasilkan tandan buah, maka semua biaya operasional ditanggung oleh pihak perusahaan. Pihak desa hanya menyiapkan lahan seluas 2.7 ha yaitu tanah kas desa untuk ditanami kelapa sawit berbibit Topaz. Setelah mencapai umur kurang lebih 3 tahun, yaitu saat tanaman sudah berbuah, maka diserahkan kepada pihak desa sepenuhnya, baik itu biaya òperasional dan hasil produksinya. Setelah diserahkan kewajiban dari perusahaan adalah tetap melakukan pendampingan dan monitor terhadap perkembangan tanaman tersebut,” beber Dedi.
Harapan perusahaan, tambahnya, setelah diserahkan langsung kepada petani, agar tetap dirawat dengan baik, supaya produksinya dapat meningkat dan tentunya hasilnya dapat dirasakan oleh masyarakat.
Sementara itu, Tarmizi, Kades Ukui 2 mengucapkan terima kasih kepada PT IIS – Asian Agri yang telah mengajak petani untuk berkolaborasi dalam program Desa Sawit Mandiri. “Berharap ke depan kesejahteraan dan perkembangan desa kami akan diperoleh,” ucapnya.
Dengan adanya sawit Desa Sawit Mandiri ini, pihaknya bersama masyarakat berjanji untuk tetap merawatnya dengan baik sesuai arahan dari perusahaan.
“Harapan kami warga desa, karena umur sawit ini panjang tentunya sudah ada sumber pendapatan lain desa untuk peningkatan PAD. Dengan adanya hasil dari kebun sawit ini, maka penghasilannya akan kami kelola dengan benar dan transparan untuk kemajuan desa,” cetusnya.
H Atan, tokoh adat dan masyarakat Desa Ukui 2, merasa bangga desanya mendapat perhatian dari PT Inti Indosawit Subur melalui program Desa Sawit Mandiri. “Ini baru yang pertama di wilayah Kecamatan Ukui 2 ini,” ujarnya.
Ia menilai, harga sawit semakin lama makin tinggi. “Harapan itu yang kami inginkan, ke depan ekonomi masyarakat desa juga akan meningkat,” katanya.
Sekilas Mengenai Asian Agri
Asian Agri merupakan salah satu perusahaan swasta nasional terkemuka di Indonesia yang memproduksi minyak sawit mentah (CPO) sejak tahun 1979. Hingga kini Asian Agri mengelola 100.000 hektar kebun kelapa sawit dan mempekerjakan 20.000 orang.
Sebagai perintis program Pemerintah Indonesia Perkebunan Inti Rakyat Transmigrasi (PIR-Trans), Asian Agri telah bermitra dengan 30.000 petani plasma di Riau dan Jambi yang mengelola 60.000 hektar kebun kelapa sawit, serta membina kemitraan dengan petani swadaya untuk membawa dampak positif terhadap kesejahteraan dan peningkatan ekonomi petani.
Dengan menerapkan kebijakan tanpa bakar dan praktik pengelolaan kebun secara berkelanjutan, Asian Agri membantu petani mitra untuk meningkatkan produktivitas, hasil panen, kemamputelusuran rantai pasok, sekaligus mendukung mereka memperoleh sertifikasi. Pabrik Asian Agri menerapkan teknologi terbaik memanfaatkan energi hijau yang dihasilkan secara mandiri, dalam rangka meminimalisasi emisi gas rumah kaca.
Lebih dari 86 persen dari perkebunan inti Asian Agri di Provinsi Sumatera Utara, Riau & Jambi serta 100% perkebunan petani plasma di Provinsi Riau & Jambi telah bersertifikat RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil). Pada saat yang sama, ISCC (International Sustainability & Carbon Certification) telah dicapai oleh seluruh kebun baik yang dimiliki oleh Asian Agri maupun petani binaannya. Seluruh unit bisnis dalam naungan Asian Agri telah memperoleh sertifikat ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil).
Keberhasilan Asian Agri menjadi salah satu perusahaan produsen CPO terkemuka telah diakui secara internasional dengan sertifikasi ISO 14001 untuk semua operasinya. Learning Institute di Pelalawan, Riau, serta pusat pembibitan di Kampar, Riau, juga telah bersertifikat ISO 9001. Selain itu, pusat penelitian dan pengembangan Asian Agri di Tebing Tinggi juga telah memperoleh sertifikasi oleh International Plant – Analytical Exchange di lab WEPAL di Wageningen University di Belanda, untuk standar yang tinggi. (rls)