Jakarta (Outsiders) – Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung bercerita tentang bagaimana dia deg-degan menyiapkan acara pertemuan 9 (sembilan) Ketua Umum dan sekretaris jenderal (Sekjen) partai koalisi dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang diakhiri dengan deklarasi pasangan Calon Presiden Jokowi dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) KH. Ma’ruf Amin, Kamis (9/10) petang.
“Terus terang saya hari ini sport jantung sebenarnya karena yang merancang untuk pertemuan 9 Ketua Umum partai dan Sekjen sekaligus deklarasi pencapresan yang baru selesai jam 7 tadi,” kata Pramono saat membuka pameran lukisan Sri Warso Wahono, di Bentara Budaya, Jakarta, Kamis (9/10) malam.
Namun mengutip Sri Warso, Seskab Pramono Anung bersyukur bahwa semua ini sudah ada keseimbangan alam yang mengaturnya. “Cuma terus terang mas, deg-degan, saya rancang hari ini. Saya sendiri juga kaget saya ada janji sama Mas Warso untuk membuka pameran lukisan ini,” ujarnya.
Seskab mengaku sebelumnya dia menyampaikan kepada Presiden Jokowi agar kalau bisa deklarasinya jangan setelah Magrib. Karena itu, acara dimulai pukul 16.00 WIB saja. Menurut Seskab, saat itu Presiden bertanya alasannya apa.
“Alasannya itu prime time-nya jam 6 saya bilang, dan alhamdulillah Beliau setuju, dan tadi sudah berjalan dengan baik,” ungkap Seskab seraya menambahkan, sebagai sesama orang Solo bisa saling bersinergi.
Tema Rampogan
Terkait lukisan-lukisan Sri Warso sendiri, Seskab Pramono Anung memuji pilihannya untuk menjadikan hasil karyanya yang bertemakan Rampogan.
“Yang menjadi kekuatan yang utama dari beliau, saya melihat goresan dan pancarannya yang mungkin menunjukkan sebuah peristiwa yang apa ekspresi ketidakseimbangan alam ketika terjadi ada orang yang serakah rayap-rayap yang menggerogoti, kemudian ketidakadilan kekuasaan yang berlebihan dan sebagainya-sebagainya,” kata Pramono.
Mas Pram, panggilan akrab Pramono menilai, apa yang disampaikan oleh Sri Warso sebenarnya memotret semua panggung itu dalam satu bingkai lukisan depan belakangnya terlihat.
Padahal, lanjut Mas Pram, dalam kehidupan nyata terutama kehidupan para politisi seperti dirinya sendiri, mungkin begitu datang dengan senyum-senyum buka pameran lukisan. Padahal capainya setengah mati karena untuk mengonsolidasikan sembilan ketua umum partai dan Sekjen bukan persoalan yang gampang karena semua mempunyai ego sendiri-sendiri.
Kalau Sri Warso bisa menggambarkan Rampogan para ketua umum dan Sekjen, Seskab Pramono Anung meyakini akan luar biasa. “Kalau saya bisa melukis seperti Mas Warso, saya lukis benar betapa kemauannya itu berbeda-beda, dan yang namanya politik itu last minute yang terjadi,” ucap Pramono.
Pada penghujung sambutannya, Seskab mengucapkan selamat atas pameran tunggal Sri Warso Wahono. Ia juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bentara Budaya yang selalu menyediakan tempat untuk karya-karya sebagaimana ditampilkan Sri Warso.
Sri Warso Wahono merupakan salah satu pelukis modern Indonesia yang lahir di Solo, 17 Juni 1948. Ia menempati urutan ke-151 dari 325 pelukis profesional sejak Raden Saleh sebagaimana termuat dalam buku “MODERN INDONESIA ART”.
Tercatat Sri Warso Wahono mendalami berbagai tema lukisan sejak tahun 1952 hingga kini dengan penggarapan artistik berdasarkan konsep – estetika Adiluhung, suatu teori estetika yang berpihak pada pencapaian nilai harmoni dan keselarasan, sebagaimana tercermin dalam karyanya yang bertemakan Wanita Dalam Kamar, Abstrak, Bunga, Bebek Liar, Ikan Dalam Batu, Panen Ikan, dan Rampogan.
Sri Warso Wahono menggelar pameran tunggal pertamanya dimulai pada tahun 1972 sampai dengan 2015, dan pada tahun 2018 ini merupakan pameran tunggalnya yang ke-20 dengan bertemakan Kidung Rampogan. (AGG/OJI/ES/segnegri)